Solo (catatan absurd)


Beberapa minggu yang lalu  Saya sempat mampir di sebuah kota kecil di Jawa tengah, saya sudah lama mengagumi sosok kepala daerah disini meski hanya lewat media masa. Saya ingin melihat langsung bagaimana kondisi di kota yang terkenal dengan sungai Bengawan Solonya ini. selain merakyat , konsep dan pelaksanaan pemerintahannya dinilai baik dan telah banyak dicontoh daerah lain. Ya, kota Solo sebuah kota kecil yang kental dengan nilai-nilai kearifan lokal, Ekonomi mikro seolah menjadi ciri khas selama  kurun waktu 10 tahun terakhir. Sayapun banyak mengamati pola pemerintahan dan perkonomian disini. Nah inilah beberapa catatan saya tentang Jawa Tengah dan kota Solo khususnya, selamat menyimakJ

1.       Pemenuhan komponen kota dilakukan secukupnya. Wisma, Karya,  Marga, Suka dan Purna.  Hanya ada dua mall di sini, Saya tertarik sekali dengan pasar disana. Centra perbelanjaan yang menyediakan barang-barang  rumah tangga bersebelahan dengan swalayan dan mall. Disini (kota Solo) hanya terdapat dua buah mall saja,
2.       Perencanaan kota dilakukan dengan baik, terbukti dengan model tata guna lahan yang mirip dengan consentric zone model (Burgess, 1925) dan teori model sektor dimana arah pertumbuhan kota  keluar dari pusat kota yang dilalui jalan kereta api, jalan raya, jalan arteri serta transportasi lainnya.Pusat perdagangan dan bisnis (CBD) dibuat saling terhubung sehingga tercipta kesatuan ekonomi yang dilandasi kearifan lokal setempat. Selain itu, kota –kota sateli baru. Keterhubungan dengan kota/kabupaten lain seperti Magelang, Boyolali, Sragen menjadi nilai tambah. Sebaliknya, Di daerah saya pemerintah justru berlomba membangun fasilitas mewah. Hotel, mall, dibangun dengan tujuan menyerap tenaga kerja dan menarik minat investor untuk menamakan modalnya. Baik memang, pendapatan dari sektor pajak khususnya Pajak penghasilan akan meningkat. Namun disisi lain, setali tiga uang dengan yang terjadi di daerah-daerah lain, Dengan banyaknya meja yang harus dilewati untuk mengurus perijinan dan birokrasi lainnya  justru kebocoran pada pos penerimaan dan pengeluaran juga meningkat . Pada akhirnya alih-alih dana yang besar tersebut masuk ke kas negara dan digunakan u/ menyejahterakan rakyat,  dana tersebut malah masuk ke kantong pribadi.
3.       Satu lagi yang menjadi catatan saya, di kanan-kiri jalan banyak bank perkeditan rakyat. Hal ini mengindikasikan cukup mudahnya aksebilitas  masyarakat terhadap permodalan dan perkreditan usaha , meski perlu didukung data   yang lebih akurat lagi dalam angka. Namun setidaknya, kondisi ini menunjukan bahwa perhatian pemerintah terhadap masyarakat kecil ekonomi mikro cukup besar.         
4.       Pemerintah daerah perlu Membangun industri berbasis pertanian, perkebunan dan perdagangan. Ini merupakan bagian dari diversifikasi perdagangan . desentarlisasi pembangunan pabrik-pabrik pengolahan insdustri berbasis pertanian masih sangat dibutuhkan daerah. Saya kembali berpikir,  Tipical lahan sumatera sebenarnya memilki potensi tersendiri bila dikelola dengan tepat dan baik. Karet, sawit, kelapa dan jati, bisa menyejahterakan rakyat.
5.       Agar memastikan produk hasil pertanian, perkebunan terserap pasar dengan baik,  perlu adanya kemauan yang kuat untk benar-benar melaksanakan kebijakan proteksi terhadap produk lokal. Selain dapat memperbaiki neraca pembayaran secara nasional, hal ini juga menjadi harapan bagi masrakat kecil.
6.       Revitalisasi pertanahan nasional,  agar semua mendapatkan haknya atas tanah sebagaimana diamanahkan dalam  UUPA pasal 6 bahwa tanah memiliki fungsi sosial untuk mensejahterakan rakyat. Kasih rakyat tanah, beri modal dan pengetahuan yang layak..InsyaAlloh taraf ekonomi masyarakat dari waktu-waktu kian membaik. Baik memang memukur kemajuan nasional dengan angka . Sektor riil yang lebih menyentuh, kalo rakyat punya rumah, punya penghasilan yang layak dan mudah mengakses pendidikan dan kesehatan bagi saya itu sudah cukup untuk sekarang.
7.       Dikota saya, iklim investasi cukup tinggi. Pemerintah memberi kemudahan kepada pemilik modal untuk membangun gedung bertingkat, hotel dan swalayan.Bila dibandingkan kota-kota besar lainnya kotaku memang pesat dalam pembangunan. Tentunya ini membawa nilai baik dan nilai buruk dari eksternalitas yang ditimbulkan. Disatu sisi, Pembagunan menyerap banyak tenaga kerja khususnya tamatan SMA dan lainnya. Pendapatan perkapita masyarakat pun naik, daya beli meningkat. Pendpatan bruto secara regional provinsi meningkat 5-10% per tahun.Ini menyumbang kenaikan  keejahteraan dalam angka secara nasional. Namun ini semua tak kan bertahan lama. Hanya cukup menopang satu-dua dekade saja. Setelah perusahaan melewati BEP, profit secra potensial dirasa cukup.Investor akan mencari celah bisnis lain yang berarati penelantaran  dan dibiarkan mati secara perlahan.
8.       Dibutuhkan Pemahaman Pemimpin akan  tujuan pembangunan daerah secara konseptual, dipadukan  dengan  haluan yang ada entah RPJM atau renstra provinsi , visi-misi dan kebudayaan setempat. Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap tata tertib dan peraturan menciptakan kesinergian dalam menunjang terlaksananya proses pembangunan yang berkesinambungan.
9.       Terakhir, yang paling penting adalah Pemimpin yang mengerti nilai-nilai kehidupan, paham arti ketiadaaan.Pemimpin yang ngaji dan mengkaji.  sehingga lebih bijak dalam bersikap daan mengambil kebijakan. Otonomi daerah pada kenyataan nya hanya melahirkan penguasa/raja-raja kecil di daerah. Memerintah hanya untuk urusan administratif saja, itulah kenapa anggaran di kementrian rata-rata hanya 40 % saja pertahun.
10.   Perekonomian yang ditopang oleh kehidupan ekonomi mikro berbasis kerakyatan telah terbukti mampu melewati badai krisis. Namun belum banyak kepala daerah yang benar-benar mengerti akan hal ini. Entah tidak mengerti atau pura-pura tidak mengertiJ. Untuk apa kota ini maju, modern, namun hanya bisa dirasakan oleh segelintir orang saja. Benar adanya memang keparipurnaan sarana dan prasarana di kota menjadi daya tarik bagikaum urban  untuk bereksodus ke kota.  Ketiadaan lahan, perhatian yang kurang, minimnya fasilitas menjadi pemicu larinya masyarakat desa ke kota yang pada akhirnya menjadi masalah baru bagi kota.
Wabil akhir, ternyata untuk membangun daerah  dibutuhkan banyak energi dan pegorbanan yang cukup besar. Bila semua kita pasrahkan kepada pemerintah semata, maka perbaikan-perbaikan itu akan lambat datangnya. Sebaliknya, kesempatan besar yang ada di depan mata, untuk turut serta membangun daerah, berbagi dengan sesama menjadi sebuah pilihan bagi kita untuk sekedar  memberi makna kehadiran kita bagi merah putih. Apapun kita, kita punya cara sendiri untuk berbagi demi Indonesia tercinta.  Indonesia itu luas, indonesia itu indah, hamparan bukit, gunung-gunung nan indah, pantai yang luas adalah anugerah. Buka mata, buka hati mari membangunJ

Komentar

Postingan Populer