anggota DPR bermewah-mewahan???



Mari kita fokus saja pada kinerja anggota DPR , bukan pada prilaku anggota DPR  yang glamor dan suka bermewah-mewahan. sikap dan gaya hidup bermewah-mewahan adalah pilihan, dan dalam  hal ini Negara tidak boleh menekan untuk bersikap tidak bermewah-mewahan”. (Annis Mata)
               
            Pernyataan tersebut disampaikan oleh Bapak Annis Mata selaku Wakil ketua DPR dalam menyikapi tudingan yang disampaikan oleh ketua KPK,Bpk Busro Muqodas, bahwa Lembaga DPR kini telah menjelma menjadi sekumpulan orang-orang yang bergaya hidup bermewah-mewahan.
 Pada dasarnya saya setuju dengan statement Bapak Annis mata tersebut. Memang benar bahwa hidup tak terlepas dari sebuah alasan, dan alasan-alasan itulah yang mendorong kita melakukan  pilihan dalam hidup. Manusia dibekali akal pikiran dan hati nurani agar mampu memilih dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk sesuai dengan nilai-nilai universal yang ada. Pernyataan Wakil ketua DPR tersebut menurut hemat saya benar secara konseptual, namun disisi lain pernyataan tersebut kurang tepat secara kontekstual kekinian di negeri kita dewasa ini. Lihatlah beberapa potret ‘kelakuan’ dan kinerja anggota DPR yang dipilih rakyat untuk mewakili mereka. Berkelahi saat sidang, mengeluarkan kata-kata kasar, bahkan sampai pada tindakan memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar alias korupsi yang jelass-jelas bertentangan dengan hati nurani, melanggar hukum dan terlarang oleh agama manapun. Satu per satu anggota dewan yang terhormat terseret kasus korupsi dan telah dimeja hijaukan. Pertanyaannya adalah: apakah ini potret pejabat yang Pancasilais??lalu dimana Integritas yang harusnya dimiliki seorang wakil rakyat yang terhormat?? Kita memang tidak boleh men-generalisasi bahwa semua anggota dewan adalah sama. Masih banyak anggota dewan yang berintegritas, pancasilais, merakyat dan profesional dalam bekerja. Namun, bila kita berkaca pada potret ‘ suram’ sebagian oknum wakil rakyat yang terhormat tersebut, sudah sepantasnya kita sebagai masyarakat yang baik, terus mengawasi kinerja para wakil rakyat dalam mejalankan tugasnya guna mewujudkan tata kelola negara yang baik demi terwujudnya Indonesia yang berkeadilan dan sejahtera, amin.  Begitupun sebaliknya, agar apa yang dicita-citakan oleh para pendahulu kita benar-benar terwujud maka anggota dewan harus mau dan mampu berbenah diri dan yang terpenting mau mendengarkan masukan dari rakyat bukan malah cenderung membela diri dan menutup telinga???
            Kembali ke pokok persoalan bahwa beberapa oknum anggota dewan dan pejabat pada umumnya, banyak yang tidak lagi bertindak sesuai konsep dan nilai-nilai yang telah digariskan. Kalau boleh saya menyitir ucapan Ketua KPK saat ini ( Bpk. Busro Muqodas). Beliau mengatakan bahwa saat ini para pejabat yang ada tidak lagi berjalan sesuai akal, budi dan moral  sehingga banyak erjadi penyimpangan. Dengan kata lain, Kesadaran pejabat masih sangat rendah sehingga perlu dimonitoring dan diingatkan  langsung oleh rakyat agar mereka sadar bahwa mereka orang-orang terhormat dan berpendidikan haruslah menjadi teladan dalam bersikap dan bekerja. Sewajarnya anggota dewan yang terhormat tidak hidup terlalu bermewah mewahan mengingat masih banyak rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan. Bukankah seorang negarawan lebih  suka memikirkan nasib rakyatnya ketimbang memikirkan dirinya sendiri.
            Masalah utamanya bukan pada kemewahan fasilitas yang menjadi hak seorang anggota DPR. Undang-undang telah mengatur tentang semua fasilitas, gaji dan tunjangan yang menjadi hak anggota dewan tersebut. Dengan semua fasilitas tersebut diharapkan dapat menunjang kinerja anggota dewan. Namun pada kenyataannya, Profesionalitas dan kinerja anggota dewan seolah berbanding terbalik  dengan semua kemewahan yang mereka terima. Lalu apakah yang salah???
            Masyarakat hanya menginginkan anggota dewan bekerja sesuai apa yang digariskan, berbuat nyata bagi msyarakat, membela kepentingan kaum terpinggirkan , lebih bijak, lebih peka dan berjalan diatas kebenaran. Tak peduli berapa pun besarnya gaji seorang anggota dewan karena itu tidak terlalu penting bagi mereka dibandingkan harapan untuk hidup yang lebh baik. Lalu kapan anggota dewan bisa memenuhi sedikit harapan masyarakat tersebut. Jawabannya adalah ketika mereka(anggota dewan) tidak hanya cerdas secara konseptual tetapi juga mengerti dan memahami arti sebuah pengabdian dalam konteks kekinian.
            Pada akhirnya, mari kita kaji dan resapi peringatan Allah dalam surat At-Takasur ayat 1-3.
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu(1) Sampai kamu masuk kedalam kubur(2) Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu itu(3).”
            Bermewah-mewahan memang pilihan hidup, tapi apakah kita sudah memilih pilihan yang tepat? Sebaliknya, Kesederahanaan akan melahirkan orang-orang yang mengerti. Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir adalah potret orang-orang besar yang dilahirkan oleh kesederhanaan dan telah berhasil mengejawantahkan nilai-nilai kesederhanaan tersebut  dalam kehidupan mereka. Semoga makin banyak pejabat yang sadar dan mengerti, amin. Jayalah negeriku.....!!!


Komentar

Postingan Populer