Antara Lampung dan Palembang


Dimulai dari sebuah ide untuk pulang naik kereta, Rencana sederhanapun mulai disusun. Awalnya saya dan teman saya, kemas Abdullah berencana untuk berangkat senin pagi, namun karena suatu hal keberangkatan kami tertunda.  Keesokan harinya, Selasa. Tepat pukul 13.35 kita melaju dari Ceger dengan menumpang ojek . Maklum, kami dikejar waktu keberangkatan kereta. Ini diluar rencana, karena menunggu sleeping bag yang dipinjam teman saya sesama Mapala, akhirnya kami telat 15 menit dari rencana awal. Uang Rp 10.000 harus direlakan u/ diberikan pada tukang ojek. Padahal kalau naik angkot kami bisa hemat Rp 8000. Tapi tak apalah,hitung-hitung berbagi rezeki dengan sesama. Sesampainya di stasiun Pondok Ranji, saya dan Kemas memesan tiket kereta tujuan Merak seharga Rp.5000 (Economy class tentunya).Kereta ini akan diberangkatkan pukul 14.05. Penjualan tiket sendiri baru dibuka setengah jam sebelum keberangkatan dan hanya ada 2 jadwal keberangkatan dengan tujuan Merak yaitu pagi pukul 08.15 dan siang pukul 14.05. Tak lama kereta ekonomi itupun berhenti di Pondok Ranji, kamipun bergegas mengangkat barang dan masuk lewat pintu yang penuh sesak. Kami sempat kewalahan mencari ‘ space’ yang kosong apalagi kami memilki banyak barang bawaan. Setelah berjuang bermandikan keringat sambil berdesak-desakan dengan penumpang yg lain, dapatlah space kosong (berdiri tentunyaJ).
Perjalanan dari stasiun Pondok Ranji ke Merak memakan waktu 4 jam. Sepanjang perjalanan kiat disuguhi pemandangan yang indah, hamparan sawah di sisi kanan dan kiri kereta. Tak terasa sampailah kami di Merak. Kamipun bergegas menuju loket pelayanan penumpang Ferry. Tak perlu mengantri, kamipun langsung mendapatkan tiket seharga Rp. 11.500 per orang.
Kamipun segera menuju kapal lewat tangga penumpang. Namun ternyata kapalnya sudah mau berangkat dan tangga sudah ditarik naik ke kapal. Dengan nafas yang terengah-engah kami coba menghimpun tenaga, pindah ke terminal II. Ya, disini ada KMP. Raja Basa yg sedang memuat penumpang. Kamipun langsung naik karena tidak ada pilihan yang lain^^. Dibanding kapal ferry yang lain, Rajabasa lebih kecil, tidak ada tempat lesehan kalaupun ada sedikit sekali. Tapi saya senang dikapal ini, biasanya setiap masuk waktu sholat, ada petugas yang mengumandangkan adzan setelah itu sang petugas mengajak semua penumpang kapal yang muslim untuk sholat berjamaah di musholah kapal. Kumandang adzan disertai deburan ombak, dan tiupan semilir angin laut dengan background lampu-lampu nan indah tampak dikejauhan sungguh memesona saya, dan membuat saya mengucap takdzim didalam hati. Demi alasan keamanan, kamipun sholat secara bergantian. Seusai sholat, saya berkeliling kapal dengan harapan menemukan bapak-bapak yang menawarkan jasa angkutan ke stasiun Tanjung karang. Tarifnyapun bervariasi antara 20-30ribu Rupiah. Sayapun mulai menego harga. Sayangnya tdk ada yang menawarkan jasa bus, semuanya travel. Karena kondisi fisik kami yang sudah lelah akibat menenteng  banyak barang bawaan, tanpa banyak berfikir sayapun menerima tawaran dengan ongkos Rp.30.000. Kapal merapat pukul 20.43. Mobil travel yang kami tumpangi melaju dengan kencang, satu peratu penumpang turun ditujuan masing-masing dan tibalah kami di stasiun Tanjung Karang pukul 23.20. Stasiun sudah ditutup, hanya ada beberapa calon penumpang yang tidur di bagian teras stasiun. Tanpa menunggu lama, saya langsung menggelar matras dan membuka sleeping bag ala Mapala. Lagi-lagi demi alasan keamanan, kami tidur bergantian u/ memastikan barang-barang kami aman. Sebenarnya ada kereta yang diberangkatkan pukul 20.00 dan tiba di stasiun Kertapati pukul 08.00, yaitu kereta bisnis yang dibandrong Rp 85.000 per kepala.Seusai sholat subuh dimasjid dekat stasiun (arah utara stasiun, dekat jalan besar). Kami mencari sarapan sambil menunggu loket buka. Jam 7 loket dibuka, dan para calon penumpang sudah berbaris rapi dalam antrian.akhirnya kami mendapat karcis dengan harga Rp 15.000. jadwal keberangkatan kereta adalah jam 08.30, namun ternyata kereta baru berangkat jam 09.30.
Ketika  naik  ke kereta, ada beberapa kuli panggul yang menawarkan jasa mengangkat barang-barang bawaan Anda. Idak gratis tentunya. Anda harus membayar minimal Rp.2000untuk jasa mereka. Agar Anda tidak mengeluarkan baiaya tambahan, tolaklah secara baik dengan bahasa yang santun. Tapi, kalau mau berbagi  seribu-dua ribu apa salahnya memakai jasa mereka. Naik kereta di Sumatera harus benar-benar sabar dan hati-hati. Sabar karena kereta akan berhenti lama di stasiun dan beberapa perlintasan. Maklum sepanjang Lampung-Palembang, hanya ada satu jalur kereta yang digunakan oleh kereta yang mengangkut penumpang dan kereta barang/batu-bara (kereta babaranjang). Itulah alasan kenapa kereta sering berhenti ketika berpapasan dengan kereta yang mengangkut batu bara. Hal ini sangat kontras dengan kondisi perkretaapian di Pulau Jawa, karena memnag moda transportasi kereta belum menjadi andalan dan pilihan bagi masyarakat di Sumatera sehingga blm dikembangkan dgn baik. Hati-hati karena ada berbagai macam karakter orang didalamnya. Keramaian mengundang orang-orang yang tdk bertanggungjawab u/ melakukan tindakan melawan hukum a.k.a mencopet, menghipnotis, d-el-el.
Pukul 21.43 kereta tiba di stasiun Kertapati Palembang. Kondisi diluar stasiun hujan deras,sehingga membuat kami harus menginap kembali di stasiun untuk kedua kalinya. Tak apalah, faktor keselamatan harus lebih diutamakan.Keesokan harinya baru kami berangkat menuju rumah masing-masing dengan menggunakan bus. Setelah direkonsiliasi, kami menghabiskan uang Rp 70.000 perorang termasuk makan dan bayar Ojek tentunya, akan lebih hemat kalau kita membawa bekal sendiri^^. Cukup hemat u. Kantong mahasiswa  bila dibandingkan menggunakan bus ( berkisar Rp 150.000-200.000) atau pesawat (Rp300.000-Rp500.000). Tertarik?? Selamat mencoba^^.

Komentar

Postingan Populer